SAMPIT – Pengamat Politik dari Kabupaten Kotawaringin Timur, Wira Prakasa Nurdia berpendapat, golput atau “golongan putih” dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) selalu diidentikkan dengan bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang justru akan menimbulkan masalah politik dan berdampak besar terhadap pembangunan daerah.
“Beberapa masyarakat kita mungkin memilih untuk golput sebagai bentuk protes terhadap sistem atau kandidat yang tidak ideal. Namun jika kita mau jujur, sikap demikian tidak mngatasi masalah. Golput saya kira adalah salah satu ekspresi kekecewaan saja, namun tidak memperbaiki masalah politik yang kita hadapi bahkan merusak demokrasi,” ucapnya saat dikonfirmasi, Jumat, 4 Oktober 2024.
Ia mengatakan, sikap apatis yang diimplementasi melalui golput justru tidak akan menyelesaikan persoalan dan berdampak terhadap pembangunan daerah, karena tidak ada kepedulian terhadap nasib daerah ke depan
Oleh karena itu, kata dia, sekurang apapun kandidat dalam Pilkada yang saat ini ditawarkan, tetap harus dipilih sesuai hati nurani dan rasionalitasnya.
“Jika Golput masih terjadi dalam Pilkada Kotim nanti, maka praktis dapat mengurangi legitimasi pemimpin terpilih, memungkinkan dominasi kelompok kecil yang aktif memilih,” ujarnya.
Selain itu, golput juga mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap kandidat atau sistem politik. Hal ini berpotensi menimbulkan ketidakstabilan politik dan merusak kualitas demokrasi di daerah.
Kendati demikian menurutnya, dari sisi positif, golput bisa menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat menginginkan perubahan dalam sistem politik atau kualitas kandidat yang ditawarkan. Ini dapat mendorong partai politik dan calon untuk lebih mendekatkan diri pada aspirasi rakyat serta memperbaiki kebijakan dan program yang lebih relevan dengan keperluan daerah.
“Golput juga menjadi bentuk protes damai yang menunjukkan bahwa warga tetap kritis terhadap demokrasi, namun menurut saya ini tidak dibenarkan,” ungkapnya.
Iapun mengimbau masyarakat untuk datang ke bilik suara pada 27 Nopember 2024 mendatang untuk menyalurkan hak pilihnya.
“Karena jika golput maka jangan salahkan jika akan mengalami kerugian di kemudian hari sosok yang terpilih menjadi pemimpin mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai harapan,” tutupnya.
(gs/erakalteng.com)