Dapatkan Informasi dan Berita Seputar Kalimantan Tengah Terkini hanya di eraKalteng.com

Waspada, Lima Beruang Memasuki Pemukiman Warga di Jalan Soekarno Sampit

Foto : Nampak jejak beruang bekas cakaran dipohon, ditemukan petugas. ERA KALTENG

SAMPIT – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) resort Sampit menerima laporan kemunculan beruang di Jalan Lingkar Utara atau Soekarno, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) tepatnya masuk Gang Burnia Raya.

“Kami telah menerima laporan adanya kemunculan beruang di Jalan Soekarno atau lingkar utara,” ucap Komandan BKSDA resort Sampit, Muriansyah, Minggu, 18 Agustus 2024.

Mendapati laporan tersebut, dia menerangkan pihaknya, Sabtu, 17 Agustus 2024, pukul 13.00 hingga 15.00 Wib, melakukan giat observasi di lokasi kemunculan dan gangguan Beruang Madu. Dari hasil obersvasi pihaknya bertemu dengan warga setempat, Burhan (pelapor).

“Dari keterangan pelapor, Beruang diperkirakan berjumlah total lima ekor yakni, satu jantan besar, satu induk besar dan tiga ekor anak,” terangnya.

Lanjutnya, selain itu, dari pengamatan pihaknya dilokasi gangguan, nampak terlihat tanaman yang di rusak dan di makan jenis nenas ( buah dan umbut), Kelapa (umbut) dan sarang tawon dan pihaknya juga ada menemukan satu buah bekas sarang beruang di sebatang pohon dan menemukan cakaran di batang pohon.

“Kami telah memberikan pengarahan pada pelapor dan keluarga terkait perilaku beruang madu, mengingatkan untuk berhati-hati saat beraktifitas di luar rumah terutama saat malam hari (beruang noktulnal atau aktif di malam hari) dan direncanakan, besok hari kami akan memasang 2 unit perangkap beruang,” ungkapnya.

BKSDA mengimbau masyarakat Kotim untuk waspada. Terutama di wilayah yang kerap terjadi kemunculan beruang. Pasalnya, memasuki musim kemarau, kemunculan beruang akan semakin sering terjadi.

Dia menuturkan, saat musim kemarau ini biasanya akan mengalami kekurangan makan dan minum sekaligus menghindari api dari dampak kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di titik-titik hutan semak belukar yang tersisa.

“Karena adanya Karhutla biasanya tempat tinggal mereka rusak. Akhirnya beruang keluar dan mendekati kebun atau ladang atau pemukiman warga,” tutupnya.

(gs/erakalteng.com)