SAMPIT – Tradisi mandi safar masyarakat pinggiran Sungai Mentaya, Kabupaten Kotawaringin Timur masih tetap lestari didaerah itu.
“Kita menggelar tradisi mandi safar dan ini dilaksanakan setiap tahunnya bersama warga,” ucap salah seorang warga Desa Terantang, Lukman, Rabu, 4 Agustus 2024.
Menurutnya, selain acara mandi safar mereka juga menggelar makan bersama sembari syukuran dikampung tersebut.
Tradisi ini digelar karena mereka meyakini bulan safar merupakan bulan nahas atau banyak timbul berbagai
bala. Maka dari itu, tradisi mandi safar ini selain menjalin silaturahmi antarwarga, juga menjadi tradisi adat yang dianggap mengusir sial atau tolak bala.
“Biasanya sebelum atau setelah mandi safar kami dikampung ini menggelar syukuran dengan membaca tolak bala agar bisa mengusir sial atau bala,” ujarnya.
Tradisi mandi safar ini tidak hanya digelar di Desa Terantang. Namun tradisi ini dilaksanakan oleh sejumlah warga Kotim khususnya yang tinggal di bantaran Sungai Mentaya, selain itu peserta mandi safar ini tidak hanya diikuti anak-anak, namun juga diikuti orang dewasa.
“Kami dikampung sini anak-anak dan dewasa sangat antusias mengikuti mandi safar ini,” imbuhnya
Dia mengakui semenjak pagi, siang hingga sore hari peserta makin banyak yang melaksanakan mandi safar di lokasi itu.
“Semenjak pagi tadi kami sudah mempersiapkan acara mandi safar ini, mulai dari pelampung, aksesoris daun sawang yang sudah didoakan,” ujarnya.
Dirinya berharap digelarnya tradisi ini tentunya agar mendapat kebaikan, dipanjangkan umur serta diberi kesehatan bagi warga Kotim.
(gs/erakalteng.com)