SAMPIT – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim) dibantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) belum lama ini melakukan survei keanekaragaman hayati di Pulau Hanibung Desa Camba Kecamatan Kota Besi yang rencananya dijadikan Taman Satwa dan nantinya menjadi tempat wisata baru di Kabupaten Kotim.
“Alhamdulillah hasil survei di sana sangat cocok dijadikan taman satwa karena banyak tersedia makanan untuk binatang,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset, dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kotim, Ramadhansyah, Minggu 9 Juni 2024.
Selain itu, mulai dari pohon sampai dengan binatang yang dilindungi terdapat di Pulau Hanibung tersebut. Ini menandakan kekayaan dan kelestarian alam di pulau itu benar-benar terjaga.
Pulau Hanibung ini telah direncanakan menjadi Taman Satwa dan akan menjadi tempat wisata baru di Kabupaten Kotim. Perencanaan ini telah dimasukan dalam RKPD Kotim tahun 2025.
“Keberadaan tempat wisata baru Taman Satwa itu dinilai mampu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat,” ujarnya.
Disampaikan, bentang alam Pulau Hanibung saat ini yang belum dikelola ini sudah membantu perekonomian masyarakat setempat. Sekalipun tanpa diproduksi bisa menghasilkan kebutuhan hidup untuk masyarakat.
Bapprida dan tim lainnya juga telah melakukan survei sosial ekonomi di pulau yang berbentuk ginjal itu, dimana masyarakat dalam setahun bisa mendapat keuntungan Rp6 miliar dari hasil alam pulau itu.
“Kami coba survei sosial ekonominya. Artinya dari bentang alam di sekitar Pulau Hanibung masyarakat dalam satu tahun itu bisa menghasilkan total sekitar Rp 6 miliar lebih tanpa mengolah. Ini dari hasil ikan dan bercocok tanam di sana,tanpa diolah,” sebutnya.
Lanjutnya, dengan menjaga alamnya, kelestariannya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Dicontohkan ketika nanti tempat tersebut dijadikan tempat wisata, akan ada pengunjung sehingga menambah pendapatan masyarakat.
“Nanti juga akan kita bentuk masyarakat sadar wisata. Kita juga sudah didukung oleh teman-teman dari orang utan foundation dan KLHK juga. Karena wisata baru ini bukan merusak alam, melainkan menjaga satwa dan fauna kita yang dilindungi tetap lestari,” tutupnya.
(opa/erakalteng.com)